Motif Sarung Pintu Aceh
Motif-motif pada sarung pintu Aceh umumnya terinspirasi dari alam, nilai-nilai religius, serta kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Beberapa motif yang sering dijumpai antara lain:
Motif bunga menjadi salah satu motif yang paling sering dijumpai. Bunga melambangkan keindahan dan kesucian. Dalam konteks religius, bunga sering kali dikaitkan dengan simbol keagungan Tuhan dan kesempurnaan ciptaan-Nya.
Motif geometris biasanya berupa pola segitiga, lingkaran, dan garis-garis simetris. Motif ini mencerminkan harmoni dan keseimbangan dalam kehidupan, juga bisa menggambarkan keteraturan hukum alam yang diciptakan Tuhan. Selain itu, motif geometris sering dikaitkan dengan kebijaksanaan dan pengetahuan.
Aceh, yang dikenal sebagai Serambi Mekah, memiliki tradisi Islam yang kuat. Hal ini tercermin dalam motif-motif kaligrafi Arab atau pola yang terinspirasi dari seni Islami. Ayat-ayat Al-Qur'an, doa-doa, serta simbol-simbol Islami sering diintegrasikan ke dalam desain sarung pintu sebagai bentuk pengingat akan pentingnya nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Motif ini sering kali menggambarkan berbagai bentuk daun, bunga, atau hewan yang ada di alam sekitar Aceh. Masyarakat Aceh yang hidup berdampingan dengan alam memiliki kedekatan emosional dengan flora dan fauna, sehingga mereka mengabadikannya dalam karya seni, termasuk dalam sarung pintu. Motif flora dan fauna juga bisa menjadi simbol kemakmuran dan kesejahteraan.
Sejarah Sarung Pintu Aceh
Tradisi membuat dan menggunakan sarung pintu di Aceh telah ada sejak lama dan berkaitan erat dengan arsitektur rumah-rumah tradisional Aceh. Rumah tradisional Aceh atau dikenal sebagai rumoh Aceh merupakan rumah panggung yang berbahan dasar kayu. Sarung pintu ini sering kali terbuat dari kain yang dihias dengan berbagai motif khas yang disulam dengan tangan.
Dahulu, sarung pintu tidak hanya berfungsi sebagai dekorasi rumah, tetapi juga menjadi penanda status sosial pemilik rumah. Rumah bangsawan atau orang yang memiliki kedudukan penting biasanya memiliki sarung pintu dengan motif yang lebih rumit dan dihiasi dengan benang emas atau perak.
Terinspirasi dari Monumen Pinto Khob Peninggalan Iskandar Muda
Awalnya, motif Pinto Aceh didesain oleh salah satu pengrajin emas yang berasal dari desa Blang Oi pada tahun 1953 yang bernama Mahmud Ibrahim.
Pada saat itu, Mahmud Ibrahim hanya membuat satu jenis perhiasan dengan motif ini yaitu bros atau pin.
Sebelumnya pada tahun 1926, Mahmud Ibrahim telah menerima sertifikat resmi atas keterampilannya dalam membuat perhiasan dari pemerintah Belanda pada penyelenggaraan pasar malam di Banda Aceh (Kutaradja).
Baca Juga : Tari Seudati dan Semangat Perjuangan Aceh
Dampak yang dialami setelah mendapatkan prestasi tersebut, membuat nama Mahmud Ibrahim menjadi terkenal ke seluruh Aceh.
Desain Pinto Aceh terinspirasi oleh monumen peninggalan Sultan Iskandar Muda yang bernama Pintu Khob.
Pintu Khob merupakan gerbang penghubung antara Taman Sari dengan Krueng Daroy, yang selalu dilewati oleh putri Kesultanan Aceh Darussalam dan para dayangnya ketika hendak pergi mandi di Krueng Daroy.
Pintu gerbang tersebut dibuat khusus oleh Sultan Iskandar Muda untuk permaisurinya.
Monumen Pintu Khop yang sekarang masih dapat ditemui ini berada di sekitar taman rekreasi yang terletak di tepi Krueng Daroy. Taman ini sekarang bernama Taman Putroe Phang.
Peran Sarung Pintu dalam Kehidupan Masyarakat Modern
Di era modern ini, sarung pintu masih banyak dijumpai di rumah-rumah tradisional Aceh dan digunakan sebagai elemen dekorasi di berbagai acara adat, seperti pernikahan atau upacara adat lainnya. Walaupun fungsinya sebagai simbol status sosial mulai berkurang, sarung pintu tetap menjadi salah satu bentuk kebanggaan budaya Aceh yang terus dilestarikan.
Banyak pengrajin tradisional di Aceh yang masih membuat sarung pintu dengan menggunakan teknik-teknik lama, meskipun sekarang ada juga yang memanfaatkan teknologi modern dalam proses pembuatannya. Para pengrajin ini tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga berkontribusi dalam memperkenalkan budaya Aceh ke dunia luar melalui penjualan produk sarung pintu ini sebagai barang seni.
Motif sarung pintu Aceh bukan hanya sekadar dekorasi rumah, tetapi juga merupakan cerminan dari identitas budaya, kepercayaan, dan filosofi hidup masyarakat Aceh. Keindahan dan makna yang terkandung di dalamnya menjadikan sarung pintu sebagai salah satu warisan budaya yang berharga, yang patut untuk terus dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi mendatang. Melalui motif-motifnya yang kaya, sarung pintu Aceh tidak hanya mempercantik rumah, tetapi juga membawa pesan tentang kebijaksanaan, keindahan, dan spiritualitas yang dalam.
Cendera mata yang sering dijadikan buah tangan oleh turis yang berkunjung ke Aceh, salah satunya adalah sesuatu yang menggunakan Pinto Aceh, baik perhiasan, aksesoris, baju, dan masih banyak lagi.
Motif ini adalah motif yang sangat diminati oleh masyarakat Aceh. Sehingga banyak barang ataupun aksesoris dengan motif ini yang mudah untuk dijumpai di Aceh.
Makna dan Filosofi di Balik Motif Sarung Pintu Aceh
Setiap motif dalam sarung pintu Aceh mengandung filosofi dan makna yang mendalam. Misalnya, motif bunga atau daun bisa melambangkan kelahiran baru, pertumbuhan, atau kesuburan. Motif geometris sering kali mengajarkan tentang keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, sementara motif Islami mengingatkan pemilik rumah untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.
Selain itu, sarung pintu juga menjadi simbol keterikatan masyarakat Aceh dengan tradisi dan leluhur mereka. Proses pembuatannya yang dilakukan dengan tangan mencerminkan nilai kesabaran, ketelitian, dan penghargaan terhadap pekerjaan seni. Hiasan ini juga menjadi media bagi masyarakat Aceh untuk mengekspresikan identitas budaya mereka yang kaya akan keindahan dan religiusitas.
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/XObject<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 841.92] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S>> endobj 4 0 obj <> stream xœ�ÙnãFòÝ€ÿ�O¹°Ú}ðÜ7Ï•Ñ“L2öa¼(“cQ¥Hd‚ü}ªª»)¶è–�gÂg æ.8óÂÆX¯áU6�½{ŒÒ°u-}H©bÙ+ék1Ó\±TŽÄôsdÈAð « ¬—‘8�À’G@ÐÝ÷h–†ÍƇ›¥Œ§—ßñ{F ÚÕÑ,+Â-„“ ƒC¿/£,\G³",áw«ö‡Ý_M{ÄÓNrVø�‘(TØV»±�M‰§yøO$9àÏ’°Eœ'Š\¢´ÀßôRtÂE¿Þuˆ”e:RèÑ ÿâ;ňU†˜šÈ}� á€ÚÚÔ¯õEÕDù‹Nc4šX 2±×�ŒÌ¾ô$™È]ýªoŸèÑ™EØ7³,< ÍѾߤ{sö“A¿-»¤/#,žkø} ‰=ÙÖD¯GY÷$©5ÑÖvA[()4À¦AâÕ¹’…–’xê$šï²–$Dº�kck;°3£Ìû?tˆ’màŪYÔ`_«“ŽŽ]ÙõÇ ”Dâ-È/ž�¥+ú][O¤šc‡fn¶(Þÿ]‚/èWFþ ?W=½ö¤5i¸ ½Áp±&l<¨É' óé²�¸À˜ÓzØu»vGÜ ÂxÿzÙû#Óöà€Ÿ¨0õÛ B•¤m¾¼¯É¹ûª_“*M”ÄöžÔ³n:�Œè" c–p¨XœÀ™˜Ôᥱ,X¬\Bt£y$Ç!$uØ1r™kªc¼‹ªIrΤuÉEvÜ¥…vB0¥/iSUp�½‰5Í&°^¦2�YÑ�‘¿Õ€2'.ü»¦Ó±³*1P“,¤D„N4KÁ{}ýEm©zH+þ®$cB¹X„�¨»!kR’C.¾7G£àQaÔ1Å4±mÈçšuCAB–Øu5%�‡@Ý:cûŸHi�§mvƱî:èGòþî€ù«£ Ô:ði»R¿ÒÀÆë’‚¥Êfï!kØŠ¡@j›Fg«rÓc0©T_#Þ¦Ä�=á éVã4mgÏ¡Å7ŽÍ®-7¨Z~Âr꛲ùZgße¿èO÷ëí¯6=lûªŒ¸?6m…uô²TÎr«²ª~E>K8+rï«•oSvÁç’Ϧ\#7¾à•"f\¸D¼þ-² ìCxžAŠn¾ß’óü&XúÂ_æéë_Ë‹ ¬ˆ"ogCTæ‚ûØP<›À¾d‘3•¼È²`…òÃŽ‡¬çA˜À0(È熴¡œ`ÊX°¸”„—D?‚aÊm$¨Ï¬=ÅòÜÊîÕ*>.-_S-‹SžëÕN‘±üŒÇ/55eð倞»ûk{ƒGКú‹ê=zÙc�í¤ovP¹Ä”ó*V„Â9C‰„eCäô *è«jRÕõþÂDÓ�ƒ¾ì G“,{dœðoáè–úÅ ]P‰†ÌåYRyÆû ÁË#ª)€b’ðxl`ŽR¯Ð÷uiåü±E"û[”A$ ^‹4MTŠ_ê�‘ž¬ˆ‘õZ J!O d`ÖÈFM‡ ß鞬·Ž¨ÓA΃=|—Ø Jm8!ˆaAßô)9~O™;ž„Dš°¤pŸÅ„„c{®È•c_$�E¸L!ب�SP?mË>™¤àNwÀ}yªÞ`Ó¿› M §©iI]ì³E‰Phºøš{™Ãó-ƒ¹dESF{B4íÍ“íL ºm†V{å\¿?�Ü£‹¿ÑÌƧ1¥eù’"cZΘBÖ”À¶µ{/Z ƒ¹‹¯¨ÞÛ™c#�Ö©8SªÇkã˜ÉäœjôûMÙŒ{u�¥íåq ÐW4X,Ü>´gPïi‚:nÊ-þäzxN¦Ã³·Q+XžºüÙiXù©…iŸè7�µfûšñFÊ»àg¶2£^Æ×LØl;Ø$-΃øîЃ¡ Pè`níÝÚr/Ð`¶:7q>Òéã�†‹aú³‡¤|Òû¶ÜÙ¶[�ßdœÊ>¬»@�¾•`R¹âͼ°PÓ V�Bę渫FünË£žð/Û†§§ ¹ÛVOÖí`㥕‡B½S9 ͨÖ÷Ö§œ¡‡3Z~î+lüؘˆ6Ê�²µ»3#Ð]Û-w§¨0§¿a¯�â+sø€oÔt0�&âªY÷Ä0îmö—Æ £�=¡]~™a›<½©(·Q>ý�æqø –tV8M6Í å9œX¡¬(-/ˆ…û¢ÉƒWvCz\_7YHlOZ‹¡˜½ÐåÍ¡:h«÷ÎòŽ÷ÆzúõDÊ]`ÅD/�ýú%¦£qßvˆ0R ¼@I›õ$ë²oÌ=9à°¯�Œº’p!ž;â{Ù`F7Gw˜ãüW²À¸s¸¹Ç-a=”:S˜0Ü}ÙRe16ï‹Œ g/>@»ã…/R\ª8ð…¯Ý�yΒ䌸o"‰…ÄnÞö—\Q°âŒ²SrAÛ\ûš‚xÝÐD~ÙE+@-¶Ëã}�íhg×ÕÛ½é8r›~�di*´§Íœ]ez/7ä�ê´|yÕ ¹òÌeí�‹Òº ÞÄEºñª ¬—™$�À¾¥<Ó–˜Ydøžvù{o5Ǿ5{Ýc±˜>ViíšÞÁß4¤‚eñ™üzKi“ŒFÑ妘^v©° Ñ„tl¯Êjڙ̸6•¨Ú!\DAXôÕPÏðªQ×d/žéD5¬îVî©”¶§äDÎÆHP½nx´ëå%n豅 G»NS ðPò�[/®0žáÖÊQˆo<6.ö%EÃô"Åp…é—)S¹~¶?˜ÑÒ˜‹DâT¤r Ìà �YôP__ýï?A$EÆd¬éf§* !i· ÒàhßηåS-Dðnüz}õ/Ùüt~ endstream endobj 5 0 obj <> endobj 6 0 obj <> endobj 7 0 obj <> endobj 8 0 obj <> endobj 9 0 obj <> endobj 10 0 obj <> endobj 11 0 obj <> stream ÿØÿà JFIF ` ` ÿÛ C !(!0*21/*.-4;[email protected]?]c\RbKSTQÿÛ C''Q6.6QQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQQÿÀ â œ" ÿÄ ÿÄ µ } !1AQa"q2�‘¡#B±ÁRÑð$3br‚ %&'()*456789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyzƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚáâãäåæçèéêñòóôõö÷øùúÿÄ ÿÄ µ w !1AQaq"2�B‘¡±Á #3RðbrÑ $4á%ñ&'()*56789:CDEFGHIJSTUVWXYZcdefghijstuvwxyz‚ƒ„…†‡ˆ‰Š’“”•–—˜™š¢£¤¥¦§¨©ª²³´µ¶·¸¹ºÂÃÄÅÆÇÈÉÊÒÓÔÕÖ×ØÙÚâãäåæçèéêòóôõö÷øùúÿÚ ? î-µ™®m¡¸‹K¸1Ì‹"$@�FGªQ¨]‘‘¤\ßØ¿øª¡¢®4M4ÿ zÎÿ Ž ¸Î¨Bž§ «QÒæN¥�‰?´/?èqÿ "ÿ ⪮¤Óê6Oi6“r#vRß¼ˆä{¾*ÀéÒŠ~Ì^×ÈÀ] £fò´Ë€¬À�Æ&Æ ÁPÿ ‰1 þ‡{” g|Y` Ÿž0? k~Š=˜{_# hó‹´ûÚ•�Ê!�—n1¿¦)‡C¸b[ß9�ÌÐàîÉ`FîAf'óë¢ïEÌ=¯‘ÎI Í2–Êä¡]¤(„Øþ>ƒoëÖ¥ƒHš+讆�3˜äÞò¹äœÿ ¬ûÜã>€qÅoQG³kä`¾“tþvë[¹<á&ï0ÂÛK�˜¯ÏÇOÊ�•4PʃO¸Ä‰°©hÌcî “ýŽyç5¹Hz=˜{_#ž:îA{[Ö £m-ÐQJ®>n:Ÿþµ9ô[— µ�Á!vså}Ý¡@ÿ YèLWAEÌ=¯‘‡m§j6“ùÑEwæ0 ïòHávä ãõéMÓ´yì5.ÖÒöO$ªï#á»5½EÌ=¯�ï·ÞÐ"çþþEÿ ÅRh]çÙÿ ®±ñT•>é$]¤m g׊=˜{_"S¨Ý¨ÉÒn ÷–/þ*²5[h×Km}§]¤Œ‚@Fà’;7±b3ÔW›üK]ºõ¨ÎÐ×ÿ Cz™FÅÆ|Çu£(þÂÒù?ñåöjáAïǽUÑ¿ä¥ÿ ×”?ú Kçƒ1‰—i9I+˜Oâc,�Ã#8c»juØã*ÙÍPÜZ-ã’>^¾õ
Motif "Pintu Aceh" atau "Pinto Aceh" merupakan motif dan ornamen yang sangat terkenal dari Banda Aceh, NAD.
Desain Pinto Aceh diperoleh dari monumen peninggalan Sultan Iskandarmuda bernama Pinto Khob . Monumen tersebut yang sekarang di sekitarnya dijadikan taman rekreasi, terletak di tepi sungai (krueng) Daroy, konon dulunya sebagai pintu belakang istana Keraton Aceh khusus untuk keluar masuknya permaisuri Sultan Iskandarmuda beserta dayang-dayangnya kalau sang permaisuri menuju ke tepian sungai untuk mandi. Sekarang ini taman tersebut diberi nama Tanian Putroe Phang (Taman Putri Pahang), nama sang permaisuri.
Dari desain gerbang kecil Pintu Khob itulah diambil motif untuk perhiasan yang bernama Pinto Aceh ini.
Awalnya merupakan kreasi dari Mahmud Ibrahim, perajin emas dari Blang Oi pada tahun 1935. Karena kepiawaiannya membuat perhiasan ia dipanggil orang dengan Utoh Mud. Utoh Mud memperoleh sertifikat resmi atas keterampilannya itu dari pemerintah Belanda di Kutaraja (Banda Aceh) pada tahun 1926. Saat itu ia hanya membuat satu jenis perhiasan dengan motif Pinto Aceh, yaitu bros. Kini sudah ada cincin, leontin dan tusuk sanggul dengan variasi motif Pinto Aceh ini.
Pinto Aceh berbentuk ramping dengan jeruji-jeruji yang dihiasi motif kembang ditambah lagi sebagai pelengkap dengan rumbai-rumbai sepanjang kedua sisi.
Aceh, sebagai salah satu wilayah yang kaya akan sejarah dan budaya di Indonesia, memiliki berbagai warisan seni yang khas dan unik. Salah satu di antaranya adalah sarung pintu—bagian dari dekorasi rumah tradisional Aceh yang memperlihatkan kekayaan seni dan budaya masyarakatnya. Sarung pintu ini biasanya ditempatkan di bagian atas daun pintu atau jendela, berfungsi sebagai hiasan sekaligus simbol status sosial dan estetika. Motif-motif pada sarung pintu Aceh tidak hanya sekadar ornamen visual, tetapi memiliki makna yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai tradisi, agama, dan kehidupan masyarakat Aceh.
Motif dan Makna Dibalik Motif Pinto Khob atau Pinto Aceh
Dalam salah satu penelitian yang dilakukan oleh Talinda Arini Fitrah pada tahun 2021, menjelaskan tentang makna dibalik motif Pinto Aceh yang mana motif Pinto Aceh banyak mengandung unsur-unsur flora dan fauna:
Seiring waktu, motif Pinto Aceh tidak hanya terdapat di perhiasan bros, namun sudah merambat ke perhiasan-perhiasan lainnya. Bahkan kini, motif Pinto Aceh sering kita jumpai pada barang berbahan dasar kain seperti baju, tas, sarung dan lainnya.
Sehingga motif Pinto Aceh sangat mewakili Aceh, apabila tas tersebut memiliki motif Pinto Aceh, orang-orang akan menyebut tas tersebut dengan “Tas Aceh”.
Baca Juga : Seurune Kalee, Alat Musik Tiup Tradisional Aceh
Demikian pula, motif Pinto Aceh yang sangat sudah melekat dengan Aceh, sekarang ini banyak ukiran ukiran Pinto Aceh di jalanan kota di Aceh seperti di pilar-pilar jembatan, tiang lampu ukiran motif Pinto Aceh dan lain sebagainya.
Pada tahun 2022, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan bahwa 5 jenis karya seni tradisional Aceh tak benda yang menjadi warisan budaya Indonesia.
Kelima bentuk karya seni tradisional Aceh tak benda tersebut, salah satunya adalah perhiasan Pinto Aceh.
Untuk batik di daerah aceh, pada jaman dulu ratusan tahun lalu masyarakat Aceh memakai kain batik, ketika datangnya orang-orang dari pulau Jawa ke Aceh. Untuk motif batik aceh memiliki ciri khas tersendiri, yaitu menggunakan perpaduan unsur alam dan budaya dari masyarakat aceh sendiri. Untuk warna yang dominan dipakai dalam batik Aceh adalah warna cerah, seperti warna merah muda, merah, kuning, hijau dan lainnya. Sehingga kain batik akan terlihat cerah dan juga glamour. Dalam Motif batik Aceh mengandung makna yakni menggambarkan kepribadian masyarakat Aceh. Di dalamnya terdapat makna falsafah kehidupan yang menjadi kearifan lokal dan pedoman hidup masyarakat Aceh. Motif-motif Batik Aceh yang terkenal diantaranya adalah motif pintu Aceh, bunga jeumpa, motif tolak angin, rencong, awan berarak, awan meucanek, gayo, pucok reubong, dan sebagainya.
. Ane belajar untuk bisa membuat sebuah thread sendiri tanpa copas/repost(istilah kaskus) dari thread lain. Disini juga gue akan berbagi pengetahuan tentang kura-kura ninja yang gue tahu. Tanpa basa-basi lagi mari kita ke topik
Pengenalan Kura-Kura Ninja dan sang penemu:
Para anggota kelompok kura-kura ninja memakai nama pertama dari seniman Renaisans yang terkenal: Leonardo da Vinci, Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni, Raffaello "Raphael" Sanzio da Urbino, dan Donato "Donatello" di Niccolò di Betto Bardi.
Spoiler for Leonardo and Leonardo Da Vinci:
Leonardo dikenal sebagai pemimpin kelompok yang gagah berani, tegas, mengancam, dan taat mempelajari seni bela diri. Oleh sebab berpegang ketat pada Bushido, ia amat sesuai nilai-nilai kehormatan dan keadilan. Memakai topeng berwarna biru dan bersenjata sepasang katana.
Leonardo da Vinci (lahir di Vinci, propinsi Firenze, Italia, 15 April 1452 – meninggal di Clos Lucé, Perancis, 2 Mei 1519 pada umur 67 tahun) adalah arsitek, musisi, penulis, pematung, dan pelukis Renaisans Italia. Ia digambarkan sebagai arketipe "manusia renaisans" dan sebagai genius universal.
Leonardo terkenal karena lukisannya yang piawai, seperti Jamuan Terakhir dan Mona Lisa. Ia juga dikenal karena mendesain banyak ciptaan yang mengantisipasi teknologi modern tetapi jarang dibuat semasa hidupnya, sebagai contoh ide-idenya tentang tank dan mobil yang dituangkannya lewat gambar-gambar dwiwarna. Selain itu, ia juga turut memajukan ilmu anatomi, astronomi, dan teknik sipil bahkan kuliner.
Spoiler for MichaelAngelo and MichaelAngelo Buonarroti:
Michelangelo merupakan sumber utama selingan lucu di balik jalan cerita serius Kura-kura Ninja . Suka bergaul dan bebas bersemangat. Disamping hobi bersantai, dia juga kreatif dan suka mengembara. Memakai topeng berwarna jingga dan menggunakan sepasang nunchaku
Michaelangelo Buonarroti
Michaelangelo Buonarroti atau nama lengkapnya dalam bahasa Italia Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni (dalam bahasa Spanyol disebut Miguel Ángel; dalam bahasa Perancis disebut Michel-Ange, yang kurang lebih berarti Malaikat Mikail) (lahir 6 Maret 1475 – meninggal 18 Februari 1564 pada umur 88 tahun) adalah seorang pelukis, pemahat, pujangga, dan arsitek zaman Renaissance.
Ia terkenal untuk sumbangan studi anatomi di dalam Seni Rupa. Karyanya yang dianggap terbaik adalah Patung David, Pietà, dan Fresko di langit-langit Kapel Sistina. Ia suka bercanda dan pernah berbuat ulah ketika masa kecilnya dulu saat sekolah. Namun anehnya ia lebih suka menjadi pemahat daripada dokter waktu dulu yang gajinya lebih besar. Karena keterpurukan ekonomi hidupnya ia hingga disiksa dan disuruh menjadi dokter oleh ayahnya. Tetapi sesaat ia menjadi pemahat ia menjadi seorang pemahat terkenal dan biaya keluarga hidupnya dapat dipenuhi.
Spoiler for Raphael and Raphael Sanzio:
Raphael bersifat bengis dan jarang sekali was-was untuk melepaskan serangan pertama sebagai seorang pejuang yang kuat. Kepribadiannya kadang-kadang garang, kadang-kadang bermulut pedas. Meski kurang sekali bergaul, dia taat sekali kepada saudara-saudara dan mahagurunya. Raphael berteman baik dengan Casey Jones, sejak bertemu lalu bertarung ketika patroli pada suatu malam. Sejak itu, mereka berdua bersama-sama meronda kawasan. Memakai topeng berwarna merah dan merah dan memakai sepasang sai.
Raphael Sanzio atau Rafaello Sanzio (lahir di Urbino, Italia, 6 April 1483 – meninggal di Roma, Italia, 6 April 1520 pada umur 37 tahun) adalah ahli lukis dan arsitektur terpelajar Italia dari kota Firenze pada masa High Renaissance. Ia juga dikenal dengan panggilan Raffaello Santi, Raffaello da Urbino, atau Rafael Sanzio da Urbino.
Raphael Sanzio sungguh berbeda dengan karakter pada Kura-kura ninja. Ia cerdas dan murid terpelajar yang disukai oleh Ilmuwan Leonardo Da Vinci. Tetapi hal yang membuat menjadi kendala adalah kematiannya yang baru berumur 37 tahun.
Spoiler for Donatello and Donato di Niccolò di Betto Bardi :
Donatello adalah ilmuwan, penemu, insinyur dan genius teknologi yang bijaksana, dan mungkin sekali yang paling kurang ganas di antara empat bersaudara ini, lebih gemar menggunakan kepintarannya untuk menyelesaikan perselisihan. Memakai topeng berwarna ungu dan dan mengarahkan sebatang bō.
Donato di Niccolò di Betto Bardi
Donato di Niccolò di Betto Bardi (sekitar 1386 - 13 Desember 1466), juga dikenal sebagai Donatello, adalah seorang seniman dan pematung Italia dari Firenze pada awal abad Renaisans. Ia dikenal sebagai salah satu pematung terbaik pada zamannya. Ia menggunakan tipe khusus dalam teknik mematung yang membuat karyanya terlihat sangat nyata.
Sekian dari gue semoga tulisan gue yang acak kadut ini berguna untuk para penggemar fanatik ane *ngaco. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kalian semua Thx